
Pernah dengar ungkapan, “anak perempuan itu papah’s girl”? Atau kamu sendiri ngerasa lebih nyaman cerita ke ayah dibanding ibu? Hmm, kira-kira ini cuma mitos doang atau memang ada penjelasan ilmiahnya, ya?
Yuk, kita kupas fakta dan mitosnya bareng-bareng di sini!
Kenapa Anak Perempuan Sering Dianggap Dekat dengan Ayahnya?
Fenomena ini bukan cuma ada di Indonesia, tapi juga di berbagai belahan dunia. Banyak yang percaya kalau anak perempuan cenderung lebih dekat ke ayah karena:
- Ayah dianggap sebagai pelindung pertama bagi anak perempuan.
- Ayah punya cara yang berbeda dan lebih “santai” dalam menangani masalah anak.
- Anak perempuan melihat sosok ayah sebagai “panutan” laki-laki pertamanya.
Tapi, apakah ini benar berlaku untuk semua?
Penjelasan dari Sisi Psikologi
Menurut para ahli, bonding antara anak dan orang tua terbentuk sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Nah, kedekatan emosional itu sangat tergantung pada:
- Seberapa banyak waktu yang dihabiskan bersama
- Pola asuh
- Kualitas komunikasi
Jadi sebenarnya, kedekatan anak perempuan ke ayah bisa terjadi kalau si ayah memang aktif terlibat dalam pengasuhan sejak awal.
Ada juga istilah “Electra Complex” dalam teori psikoanalisis Freud, yang menyebut bahwa anak perempuan usia dini punya ketertarikan emosional lebih ke ayah. Tapi ini sifatnya teori lama dan kontroversial, jadi tidak sepenuhnya jadi patokan ilmiah modern.
Fakta di Lapangan? Gak Selalu Sama!
Setiap keluarga punya cerita yang berbeda. Ada anak perempuan yang lebih dekat ke ibu karena merasa lebih dimengerti, atau karena ayahnya jarang di rumah. Ada juga yang justru punya ikatan super kuat dengan ayahnya karena sering quality time bareng.
Jadi, apakah anak perempuan selalu lebih dekat ke ayah? Jawabannya: nggak juga. Semua tergantung pola asuh dan hubungan yang dibangun dalam keluarga.
Kesimpulannya?
👉 Mitos dan Fakta!
Ungkapan ini bisa jadi benar dalam beberapa kasus, tapi bukan hukum alam yang berlaku untuk semua. Kedekatan antara anak dan orang tua terbentuk dari kasih sayang, waktu, dan perhatian yang diberikan—bukan soal gender.